Usaha Budidaya Lele Hingga Olahan Ikan, Oasis di Tengah Kemelut Pandemi

JAKARTA, analisaglobal.com – Budidaya lele dan olahan produk kelautan perikanan dinilai sebagai oasis di tengah kesukaran ekonomi akibat pandemi Covid-19. Bagaimana tidak, di tengah situasi tidak menyenangkan akibat wabah yang tengah melanda, kegiatan ini mampu menyelamatkan atau setidaknya membantu menopang perekonomian sebagian masyarakat. Selasa (25/08/2020)

Melihat peluang inilah, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bekerjasama dengan Komisi IV DPR RI menyelenggarakan berbagai pelatihan. Beberapa di antaranya pelatihan aspirasi pembesaran ikan lele dan pelatihan aspirasi olahan rumput laut, Senin (24/8). Sebelumnya turut diselenggarakan pelatihan aspirasi diversifikasi olahan ikan pada Selasa-Rabu (18-19/8).

*Pembesaran Ikan Lele*

Pelatihan aspirasi pembesaran ikan lele ditujukan bagi pelaku utama dan pelaku usaha perikanan, khususnya pembudidaya dan pengolah ikan.

Pelatihan yang diselenggarakan melalui Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BP3) Banyuwangi secara daring ini diikuti oleh 100 orang peserta dari provinsi Bali. Sebanyak 25 peserta berasal dari Kota Denpasar, 25 orang dari Kabupaten Bangli, 25 orang dari Kabupaten Gianyar, dan 25 orang dari Kabupaten Badung.

Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM), Sjarief Widjaja mengatakan, pelatihan disesuaikan dengan karakteristik lingkungan sosial budaya masyarakat Provinsi Bali yang kaya akan bahan baku ikan air tawar, salah satunya lele.

Dengan penyelenggaraan pelatihan ini, masyarakat akan diberikan pengetahuan dan keterampilan pembesaran ikan lele mulai persiapan kolam sampai proses panen. Keahlian ini dibutuhkan sebagai bekal munculnya wirausaha baru di sektor perikanan.

“Harapan kami, satu beserta dapat juga merangkul 10 orang pelaku usaha perikanan untuk melakukan usaha di bidang perikanan sehingga dapat turut membangun perekonomian perikanan nasional,” tutur Sjarief.

Sementara Anggota Komisi IV DPR RI, A.A. Bagus Hadi Mahendra Putra berharap agar para peserta mengikuti pelatihan yang diberikan dengan baik. Ia yakin ilmu yang diberikan dapat bermanfaat untuk menopang perekonomian masyarakat.

“Pelatihan seperti ini sangat berguna. Terlebih di situasi sekarang ini banyak sektor usaha yang terganggu. Daripada bingung tidak bisa melakukan apa-apa, lebih baik kita besarkan ikan lele. Selain untuk konsumsi keluarga tentunya juga dapat dijual,” jelasnya.

*Sulap Rumput Laut jadi Mie hingga Jus*

Selanjutnya, KKP melalui BP3 Bitung menggelar pelatihan pengolahan rumput laut. Kali ini, hasil perikanan bermutu tinggi ini diolah menjadi penganan kekinian berupa mi dan jus rumput laut.

Pelatihan diikuti oleh 75 orang pelaku utama kelautan dan perikanan asal Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan.

Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM), Sjarief Widjaja mengatakan, Indonesia kaya akan berbagai jenis komoditas perikanan. Akan tetapi, selama ini hasil perikanan ini masih diperdagangkan dalam bentuk bahan mentah sehingga nilai ekonomi yang dihasilkan kurang maksimal. Oleh karena itu, pemerintah menggelar pelatihan pengolahan agar ada nilai tambah (added value) pada produk yang dihasilkan.

Terlebih untuk produk rumput laut, Indonesia merupakan negara penghasil terbesar. Namun nilai perdagangan rumput laut Indonesia masih ketinggalah jauh di bawah Tiongkok. Hal ini karena Tiongkok memilih mengolah rumput laut ketimbang menjualnya dalam bentuk bahan mentah.

Menurut Sjarief, selain mendorong produksi olahan massal melalui pabrik-pabrik di dalam negeri, pengolahan rumput laut menjadi produk bernilai jual tinggi ini juga dapat dilakukan dengan mengikutsertakan UMKM. UMKM yang dimaksud dapat beranggotakan ibu-ibu atau anak-anak nelayan.

Sjarief ingin agar peluang ini tidak disia-siakan. Selain dapat diolah menjadi semi refined carageenan, rumput laut juga dapat diolah menjadi beraneka penganan berbahan baku tepung.

“Rumput laut ini bisa kita olah jadi tepung. Tepungnya bisa dibuat jadi aneka roti, bakmi, donat, bahkan jus atau sirup,” terang Sjarief saat membuka pelatihan, Senin (24/8).

Kabupaten Bone sendiri memiliki lahan pengembangan rumput laut yang sangat luas, mencapai 80 hektar. Masyarakat yang hidup di pesisir atau tepi pantai dapat memanfaatkannya sebagai sumber pencaharian.

Perlu diketahui, pada pelatihan ini peserta tidak hanya diajarkan cara membuat penganan berbahan dasar rumput laut. Mereka juga diajarkan cara memilih bahan baku yang baik, penyediaan sarana prasarana pengolahan yang memenuhi standar higienitas, proses pengolahan, pengemasan, pemasaran secara online melalui media sosial maupun platform e-commerce, hingga pengurusan izin edar di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Dinas Kesehatan, maupun Dinas Perdagangan.

About analisaglobal

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *