Kab. Tasikmalaya, analisaglobal.com — Maraknya kasus Asusila yang kerap terjadi saat ini menjadi perhatian khusus sebagian kalangan anak muda yang peduli akan pendidikan moral, seperti halnya Nuril Huda selaku Presma STIE Cipasung angkat bicara terkait hal tersebut.
Nuril Huda menyampaikan bahwa Pendidikan seksual dinyatakan telah masuk disetiap jenjang pendidikan dalam kurikulum pembelajaran 2013. Namun pendidikan seks ini tidak secara langsung memiliki jam khusus menjadi mata pelajaran tertentu. Akan tetapi secara implisit dimasukan pada mata pelajaran biologi, itu pun tidak secara terperinci hanya sekilas pembahasan organ reproduksi pada bab yang terbatas. Ucapnya Kamis (27/08/2020)
“Sejak tahun 1999 KPAI telah mengajukan gagasan pentingnya pendidikan seks, akan tetapi sulit terlaksana karena terhambat paradigma yang melekat dimasyarakat bahkan pemerintah itu sendiri bahwa seksualitas masih tabu dan dianggap sebagai aib”. Ujarnya
Menurutnya, Jika pendidikan seks tidak diajarkan dari sejak dini, remaja akan mengalami kebingungan pada masa pubertasnya dan mendapat informasi yang salah sehingga membahayakan diri mereka sendiri maupun orang lain. Senantiasa pemerintah, lembaga pendidikan dan orang tua saling bersinergi dalam rangka memberi pengarahan pada remaja untuk menjaga tubuh pemberian tuhan yang berharga, menghormati batasan tubuh orang lain, memberi pemahaman untuk menghindari berbagai bentuk kekerasan seksual, menghindari perilaku seksual yang menyimpang dari norma yang berlaku, selalu mengindahkan kebersihan dan kesehatan reproduksi. Ungkapnya
“Pemerintah harus ikut andil dalam penumbuhan karakter dan pengenalan seksualitas pada anak didik. Pasalnya, tidak semua orang tua memiliki pemahaman secara komprehensif mengenai pendidikan seksualitas”. Tegasnya
Nuril Huda juga menuturkan, Dengan banyaknya kasus dan pemberitaan yang tersebar di televisi maupun media social semakin memprihatinkan. Jika remaja serta merta mengkonsumsi berita tersebut tanpa didasari dengan pemahaman yang kuat, dikhawatirkan malah terjadi hal baru yg tidak diharapkan. Merebaknya kasus perkosaan, pedofilia, kehamilan yang tidak diiginkan, seks bebas dan lainnya, terjadi karena kurangnya pendidikan yang maksimal. Rata-rata seseorang mengetahui seksualitas ketika dirinya sudah beranjak dewasa. Bahkan remaja/dewasa awal mempelajari pendidikan seks tidak tepat peruntukannya, kampanye seksualitas yang diterima terkadang tidak tepat sasaran dan dicekoki materi yang diperuntukan bagi pasangan suami istri. Hal tersebut mengakibatkan kelompok yang belum menikah malah lebih aktif dalam melakukan kegiatan seks luar nikah dengan menggunakan alat kontrasepsi. Tuturnya
“Mungkin kita baru menyadari pentingnya pendidikan seksualitas ketika telah terjadinya berbagai fenomena pergaulan bebas yang muncul dikalangan remaja. Dan tidak dipungkiri dampak globalisasi dan canggihnya teknologi semakin memperkuat pergaulan remaja yang semakin parah. Namun, menyalahkan modernisasi dan perkembangan jaman dengan melihat dari satu sudut pandang saja bukan hal yang tepat. dengan memasukan pendidikan seks pada kurikulum dan haruslah memiliki jam tersendiri.” Katanya
Karena pendidikan seks pun sama pentingnya dengan mata pelajaran pkn, ips, matematika, terlebih seksualitas sangat erat dilakukan pada perilaku keseharian dan untuk kualitas generasi emas di masa yang akan datang. Dipastikan pula konten materi ajar yang diterapkan sesuai dengan jenjang pendidikan SD, SMP SMA. Harapnya***Lutfi