Ari Bramasto : Sulitnya Mendapatkan Akses Impor, Harga Beras Dengan Mudah Melambung Tinggi

Mahalnya Harga Beras

Bandung, analisaglobal.com — Beras adalah hasil olah dari produk pertanian yang disebut padi (Oryza sativa). Beras merupakan komoditas pangan yang dijadikan makanan pokok bagi bangsa Asia, khususnya Indonesia, Thailand, Malaysia, Vietnam, Jepang, dan Myanmar, sebagai negara dengan Sistem Pertanian-Pangan Tangguh dan Swasembada Beras (penghargaan IRRI: 2022).

Menurut Ari Bramasto, S.E, Ak, M.Si, CA, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Langlangbuana Bandung mengatakan, Indonesia memiliki penghasilan padi yang cukup besar dari seluruh provinsi. Di tengah ancaman krisis pangan di tingkat global, pemerintah Indonesia terus berkomitmen meningkatkan produksi nasional dan menjamin ketercukupan pangan di dalam negeri sekaligus memberikan kontribusi bagi kondisi pangan internasional, katanya. Sabtu (14/10/23).

“Kotler dan Amstrong, menyatakan bahwa harga merupakan sejumlah uang yang dibebankan kepada suatu produk (barang atau jasa) atau jumlah nilai yang harus dibayar konsumen demi memperoleh manfaat dari produk tersebut. Ketersediaan barang di pasar (supply) dengan permintaan pembeli (demand) memiliki hubungan dimana titik temu antara permintaan dan pengadaan adalah penetapan harga jual produk,” jelasnya.

Sulitnya Mendapatkan Akses Impor

Ari Bramasto juga mengungkapkan, ketersediaan beras yang melebihi permintaan pembeli akan menurunkan harga beras. Sebaliknya, ketersediaan beras yang lebih rendah daripada permintaan pembeli dapat menyebabkan harga barang menjadi tinggi. Problem negara saat ini tengah dikhawatirkan dengan inflasi tinggi, jika harga beras naik Hal itu dikarenakan harga gabah kering panen ditingkat petani memang naik Produsen beras, jika tidak menaikkan harga beras, maka banyak yang gulung tikar.

“Karena tentunya otomatis para pemilik pabrik beras besar dengan modal tak berseri dan terbiasa spekulasi bisnis bukan menjadi masalah. Karena bisnis mereka bukan hanya diproduksi beras. Situasi dan kondisi tersebut membuat semakin sulit para pejabat negara membuat kebijakan. Sebab jika harga gabah dan beras bertahan naik dalam kurun waktu 2 – 3 bulan, maka sudah bisa dipastikan terjadi inflasi tinggi karena komoditas beras merupakan indikator utama,” ungkapnya.

Baca Juga Tampung Aspirasi Warga, Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat Drs. H. Yod Mintaraga, M.PA Gelar Reses di Desa Pakemitan Kidul

Selain itu juga, Ari Bramasto menerangkan, Penyelamatan sensitivitas pasar dan finansial, negara berupaya untuk melakukan operasi pasar. Itu jika stok cukup. Jika stok tidak cukup, maka dilakukan import beras dalam rangka sebagai solusi untuk menekan laju inflasi dengan jalan operasi pasar, yang mendapat dukungan import beras dapat berjalan mulus, jika tidak maka sulit sekali untuk bisa menekan angka inflasi. Pejabat Negara tidak boleh disalahkan dalam kondisi ini yang memang sedang berjuang menyelamatkan ekonomi dan finansial negara agar bisa menekan laju inflasi, terangnya.

About analisaglobal

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *